Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat bagi seluruh manusia pada umumnya dan ummat Islam khususnya baik yang kaya maupun yang miskin, hal ini dikarenakan oleh adanya rasa kesadaran dan pemahaman yang mendalam akan hikmah yang ada dibalik puasa itu sendiri, sehingga muncullah suasana yang tentram, damai dan saling menghargai antar sesama.
Suasana bulan Ramadhan di setiap daerah mungkin berbeda-beda, karena sebagian masyarakat akan menyambutnya sesuai dengan tradisi maupun akulturasi budaya sehingga nampak sebagai suatu keunikan yang perlu disoroti, meskipun inti dan tujuannya adalah satu yaitu melaksanakan perintah Allah swt dengan memuliakan datangnya bulan suci yang penuh berkah.
Keunikan-keunikan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan dan menjalani serta mengakhirinya dengan ‘Ied akan banyak kita jumpai di Mesir. Tidak berlebihan jika setiap orang yang pernah menjalani serta merasakannya di sana akan berkata; “Lebih enak puasa Ramadhan di Mesir dibanding berpuasa di Indonesia”. Suasana yang aman, damai dan didukung oleh iklim yang dingin mungkin adalah faktor utama adanya kenyamanan dalam menyambut dan menjalankan ibadah puasa. Dibawah ini, sedikit akan dipaparkan suasana bulan Ramadhan di Mesir, Namun sebelumnya kiranya perlu untuk mengetahui secara singkat akan situasi dan kondisi Cairo pada bulan-bulan lain selain Ramadhan.
Benarlah apa yang terdapat dalam Al-Quran suarat Yusuf : 99, Allah berfirman; “Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman” Janji inilah yang mungkin menjadikan Mesir sebagai Negara yang aman, damai dan tentram karena mayoritas penduduknya yang muslim dan non-muslim menjunjung nilai-nilai Islam sebagai agama yang cinta damai yang menjadikan mereka selamat dan terhindar dari pertikaian baik agama maupun suku, mungkin sikap tersebut telah mendarah daging dan selalu dijaga dalam kehidupan bermasyarakat, ditambah lagi dengan iklim dan penduduknya yang bersahabat sehingga dalam menghadapai maupun menjalani bulan Ramadhan akan lebih terasa aman penuh dengan ketentraman.
Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, bukan tidak benar jika dikatakan bahwa mayoritas dari yang mayoritas belum memahami akan Islam sebagai agama yang damai dan selamat, karena masih banyak yang mengejar keselamatan dengan kecintaan maupun kebencian yang berlebihan, bukan dengan kedamaian, sehingga rasa tentram dalam menjalankan ibadah puasa itu terasa kurang, meskipun telah diada-adakan atau dipaksakan untuk menciptakan suasana yang islami tetap saja terasa mengganjal.
Adapun cara penyambutannya tidaklah berbeda jauh, sehigga sedikit kelebihan perbedaan itu dikategorikan sebagai keunikan dari hasil pemaknaan dan pemahaman akan hikmah berpuasa pada bulan Ramadhan.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat bagi seluruh manusia pada umumnya dan ummat Islam khususnya baik yang kaya maupun yang miskin, hal ini dikarenakan oleh adanya rasa kesadaran dan pemahaman yang mendalam akan hikmah yang ada dibalik puasa itu sendiri, sehingga muncullah suasana yang tentram, damai dan saling menghargai antar sesama.
Suasana bulan Ramadhan di setiap daerah mungkin berbeda-beda, karena sebagian masyarakat akan menyambutnya sesuai dengan tradisi maupun akulturasi budaya sehingga nampak sebagai suatu keunikan yang perlu disoroti, meskipun inti dan tujuannya adalah satu yaitu melaksanakan perintah Allah swt dengan memuliakan datangnya bulan suci yang penuh berkah.
Keunikan-keunikan dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan dan menjalani serta mengakhirinya dengan ‘Ied akan banyak kita jumpai di Mesir. Tidak berlebihan jika setiap orang yang pernah menjalani serta merasakannya di sana akan berkata; “Lebih enak puasa Ramadhan di Mesir dibanding berpuasa di Indonesia”. Suasana yang aman, damai dan didukung oleh iklim yang dingin mungkin adalah faktor utama adanya kenyamanan dalam menyambut dan menjalankan ibadah puasa. Dibawah ini, sedikit akan dipaparkan suasana bulan Ramadhan di Mesir, Namun sebelumnya kiranya perlu untuk mengetahui secara singkat akan situasi dan kondisi Cairo pada bulan-bulan lain selain Ramadhan.
Benarlah apa yang terdapat dalam Al-Quran suarat Yusuf : 99, Allah berfirman; “Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman” Janji inilah yang mungkin menjadikan Mesir sebagai Negara yang aman, damai dan tentram karena mayoritas penduduknya yang muslim dan non-muslim menjunjung nilai-nilai Islam sebagai agama yang cinta damai yang menjadikan mereka selamat dan terhindar dari pertikaian baik agama maupun suku, mungkin sikap tersebut telah mendarah daging dan selalu dijaga dalam kehidupan bermasyarakat, ditambah lagi dengan iklim dan penduduknya yang bersahabat sehingga dalam menghadapai maupun menjalani bulan Ramadhan akan lebih terasa aman penuh dengan ketentraman.
Jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, bukan tidak benar jika dikatakan bahwa mayoritas dari yang mayoritas belum memahami akan Islam sebagai agama yang damai dan selamat, karena masih banyak yang mengejar keselamatan dengan kecintaan maupun kebencian yang berlebihan, bukan dengan kedamaian, sehingga rasa tentram dalam menjalankan ibadah puasa itu terasa kurang, meskipun telah diada-adakan atau dipaksakan untuk menciptakan suasana yang islami tetap saja terasa mengganjal.
Adapun cara penyambutannya tidaklah berbeda jauh, sehigga sedikit kelebihan perbedaan itu dikategorikan sebagai keunikan dari hasil pemaknaan dan pemahaman akan hikmah berpuasa pada bulan Ramadhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar